Ampiang Dadiah: Kuliner Khas Minangkabau

Sumbar Travelly- Ampiang Dadiah adalah salah satu kuliner khas Sumatra Barat yang sangat digemari oleh masyarakat karena rasanya yang enak dan menyegarkan.

Hidangan ini merupakan perpaduan antara ampiang (emping) dari beras ketan yang dipipihkan dan dadiah, yaitu yoghurt tradisional yang dibuat dari susu fermentasi. Kombinasi ini menciptakan sajian yang tidak hanya lezat tetapi juga kaya akan nilai gizi.

Asal Usul dan Sejarah

Nama Ampiang Dadiah berasal dari bahasa Minang, di mana “ampiang” berarti berdekatan dan “dadiah” berarti susu yang dikentalkan atau susu fermentasi.

Tradisi pembuatan dadiah di Minangkabau sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Dadiah sendiri adalah susu kerbau yang difermentasi secara alami dalam batang bambu yang ditutup dengan daun pisang atau daun waru.

Proses fermentasi ini memakan waktu 2-3 hari dan menghasilkan krim padat bertekstur lembut dengan rasa yang asam. Uniknya, fermentasi ini berlangsung secara spontan tanpa memerlukan tambahan kultur mikroba tertentu.

Proses Pembuatan Ampiang Dadiah

1. Pembuatan Dadiah

Susu kerbau atau susu sapi segar dituangkan ke dalam batang bambu yang sudah dibersihkan. Tabung tersebut kemudian ditutup dengan daun pisang dan dibiarkan di suhu ruang selama 2-3 hari hingga terjadi proses fermentasi alami.

Salah satu pedagang dadiah mengatakan bahwa untuk membuat dadiah sebanyak 20 batang bambu, diperlukan susu dari 3 ekor kerbau.

Dadiah hanya bisa dibuat dengan susu kerbau segar yang baru diperah. Susu segar ini disaring terlebih dahulu, kemudian ditampung dalam batang bambu sepanjang 20-30 cm.
Berbeda dengan yoghurt biasa yang bersifat cair dan sedikit mengental, dadiah cenderung bertekstur padat dan mengeras.

2. Pembuatan Ampiang

Beras ketan yang sudah direbus atau disangrai kemudian ditumbuk hingga hancur dan pipih. Setelah itu, ampiang dikeringkan di bawah sinar matahari.

Proses pemipihan ampiang dilakukan saat beras ketan masih panas setelah direbus kering.

3. Penyajian

Amping Dadiah Biasanya disajikan dengan gula tebu cair atau gula merah cair untuk menambah cita rasa manis dan gurih.

Selain itu, ampiang dadiah juga sering dibubuhkan kelapa parut untuk memperkaya rasa dan tekstur.

Setiap batang bambu berisi dadiah bisa digunakan untuk membuat hingga 15 porsi Ampiang Dadiah. Harganya berkisar antara Rp70.000 hingga Rp100.000 per batang, tergantung pada diameter bambunya.

Manfaat Kesehatan

Dadiah dipercaya memiliki banyak khasiat, seperti menambah stamina, meningkatkan daya tahan tubuh, dan menurunkan kadar kolesterol dalam darah.

Proses fermentasi alami pada dadiah menghasilkan probiotik yang baik untuk pencernaan. Susu kerbau atau sapi yang digunakan juga diketahui mengandung lebih banyak kalsium dan protein, sehingga baik untuk kesehatan tulang dan otot.

Perhatian Dunia Internasional

Keunikan Ampiang Dadiah juga menarik perhatian chef kenamaan dunia, Gordon Ramsay. Saat berkunjung ke Indonesia dan mampir ke Padang, ia tertarik dengan yoghurt khas Minang ini. Bersama pakar kuliner Indonesia.

William Wongso, Gordon Ramsay mempelajari pengolahan makanan-makanan khas Indonesia, seperti rendang hingga ampiang dadiah. Kedatangannya ke Indonesia bertujuan untuk pembuatan salah satu acara yang tayang di National Geographic Channel pada 2020 lalu.

Warisan Budaya yang Perlu Dilestarikan

Ampiang Dadiah bukan hanya sekedar makanan, tetapi juga bagian dari warisan budaya Minangkabau yang kaya akan tradisi dan nilai-nilai kearifan lokal.

Sayangnya, popularitas makanan cepat saji dan modernisasi telah membuat hidangan ini semakin jarang ditemui.

Upaya pelestarian perlu terus dilakukan, salah satunya melalui pengenalan kepada generasi muda serta promosi di berbagai acara kuliner.

Dengan begitu, Ampiang Dadiah dapat terus dinikmati dan dikenang sebagai salah satu kekayaan kuliner Indonesia yang membanggakan.

Ampiang Dadiah adalah bukti nyata kekayaan kuliner Minangkabau yang harus kita jaga dan lestarikan. Dengan cita rasanya yang unik serta manfaat kesehatannya, hidangan ini layak untuk terus diperkenalkan kepada dunia.

Mari kita bangga dan menjaga warisan kuliner ini agar tetap hidup dan dikenal oleh generasi selanjutnya.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *